“Peninggalan Majapahit” yang masih kita gunakan hingga saat ini. Surya
Majapahit, lambang dari kerajaan ini juga masih sering digunakan sebagai
ornamen bangunan rumah oleh sebagian penggemar langgam arsitektur
Majapahit.
Banyak sekali bangunan-bangunan bersejarah yang masih dapat kita lihat
hingga saat ini, terutama di wilayah kecamatan Trowulan yang dulu
merupakan ibukota kerajaan Majapahit. Wujud bangunan yang masih tersisa
antara lain berupa bangunan candi, pintu gerbang kerajaan, kolam
pemandian, bangunan reservoir air, bangunan waduk, bangunan kanal, sumur
kuno, makam kuno, sisa bangunan pendapa, sisa pemukiman kuno hingga
sisa bangunan rumah.
Selain peninggalan berupa bangunan, ratusan
ribu artefak Majapahit berupa koin mata uang, batu bata, batu umpak,
batu lumpang, genting, pecahan tembikar, celengan hingga keramik cina
tersebar di seluruh penjuru Trowulan dalam cakupan areal seluas
kira-kira 10 x 11 km dan masih sering ditemukan oleh penduduk sampai
sekarang.
Jika anda hendak ke Trowulan caranya sangat mudah
karena berada di tepi jalur utama Surabaya-Solo, kira-kira hanya sekitar
1 jam ditempuh dengan bus dari terminal Bungurasih. Anda bisa turun di
terminal Kertajaya Mojokerto lalu pindah naik angkot atau memilih
langsung turun di perempatan lampu merah Trowulan. Dari sana sudah
banyak petunjuk arah menuju obyek wisata sejarah kerajaan Majapahit.
Namun
jika anda ingin lebih leluasa dalam menelusuri semua bangunan tersebut,
ada baiknya anda membawa kendaraan pribadi lantaran begitu banyaknya
situs yang tersebar di sana.
Bangunan-bangunan bersejarah peninggalan kerajaan Majapahit yang ada di sekitar Trowulan antara lain :
1.Candi Wringin Lawang
Berupa bangunan gapura agung dari bahan bata merah dengan luas dasar 13
x 11 meter dan tinggi 15,5 meter dengan arsitektur candi bentar atau
“candi terbelah” yang sampai sekarang sering diaplikasikan dalam gaya
arsitektur Bali. Fungsi utama bangunan ini diduga adalah sebagai pintu
gerbang menuju kawasan utama di ibukota kerajaan Majapahit. Lokasinya
sangat mudah dijangkau karena terlihat dari jalan utama Surabaya-Solo,
tepatnya di daerah Brangkal, sebelum memasuki wilayah Trowulan.
2.Candi Brahu
Berlokasi di kawasan Bejijong, Trowulan yang sekarang merupakan sentra
pengrajin Kuningan dan Patung Batu. Candi Brahu adalah bangunan suci
peribadatan yang dipergunakan untuk memuliakan anggota keluarga kerajaan
yang telah wafat. Konon 4 raja pertama kerajaan Majapahit yang wafat
diperabukan/dikremasi di kompleks bangunan candi Brahu.
3.Candi Gentong
Candi ini masih dalam tahap restorasi, sehingga wujudnya masih berupa
reruntuhan bangunan yang belum bisa dinikmati dengan nyaman. Lokasinya
sendiri berdekatan dengan candi Brahu.
4.Candi Tikus
Adalah kolam pemandian ritual (petirtaan) yang berbentuk bangunan kolam
bujur sangkar berukuran 22,5 meter x 22,5 meter dengan arsitektur
teras-teras persegi yang dimahkotai menara-menara yang ditata dalam
susunan konsentris yang menjadi titik tertinggi bangunan ini. Pada sisi
utara terdapat sebuah tangga menuju dasar bangunan kolam. Struktur utama
yang menonjol dari dinding selatan diperkirakan mengambil bentuk gunung
legendaris Mahameru. Konon dulunya kolam ini dipergunakan sebagai
tempat pemandian putri raja-raja Majapahit. Nama Candi Tikus sendiri
diambil lantaran dulunya lokasi ini menjadi sarang tikus yang sering
menjadi gangguan hama bagi sawah milik penduduk.
5.Candi Bajang Ratu
Lokasi Candi Bajang Ratu berdekatan dengan Candi Tikus, berupa bangunan
ramping nan anggun dengan arsitektur gapura paduraksa setinggi 16,5
meter. Pada bagian atap terdapat aksesoris bangunan yang menampilkan
ukiran hiasan rumit/detail. Nama Bajang Ratu dalam bahasa jawa berarti
“Raja Kecil” dikaitkan masyarakat dengan raja kedua Majapahit yaitu
Jayanegara. Konon Jaya negara pernah jatuh saat kecil di tempat ini,
sedang yang lain beranggapan karena Raja Jayanegara naik tahta dalam
usia sangat muda. Sejarawan sendiri mengkaitkan bangunan Candi Bajang
Ratu sebagai penghormatan bagi Raja Jayanegara yang wafat tahun 1328 M.
6.Candi Kedaton
Candi Kedaton masih dalam tahap restorasi hingga kini, karena wujudnya
masih berupa misteri yang sulit dipecahkan. Pada komplek candi ini
terdapat beberapa bangunan berupa candi, sumur upas, lorong rahasia,
mulut gua, dan makam Islam. Para ahli sejarah masih berupaya menyingkap
misteri untuk menemukan bentuk bangunan candi ini. Namun ada dugaan
bahwa daerah Kedaton, dahulu merupakan kompleks ibukota pada masa-masa
Majapahit akhir.
7.Candi Minak Jinggo
Bangunan yang
terletak didekat Kolam Segaran ini hanya tersisa reruntuhannya saja,
memiliki bentuk unik berupa kombinasi bahan batu andesit di bagian luar
dan baru bata di bagian dalam. Di candi ini ditemukan arca unik berwujud
ukiran makhluk ajaib yang diidentifikasi sebagai Qilin, makhluk ajaib
dalam mitologi China. Adanya penemuan arca ini mennjadi isyarat kuat
bahwa terdapat hubungan budaya yang cukup kuat antara kerajaan Majapahit
dengan Dinasti Ming di China. Candi ini memiliki keterkaitan sangat
erat dengan legenda rakyat Damar Wulan dan Menak Jinggo.
8.Candi Grinting
Candi yang berlokasi di dusun Grinting, desa karang jeruk kecamatan
Jatirejo ini belum banyak diketahui umum. Informasi yang diperoleh
tentang wujud bangunan candi juga belum banyak, selain sisa pondasi
bangunan yang ditemukan oleh pembuat batu bata.
9.Pendopo Agung
Bangunan ini dulunya berupa penemuan umpak-umpak besar yang diduga sisa
dari sebuah bangunan pendapa agung, tempat raja Majapahit menemui
tamu-tamu kerajaan, letaknya juga di dekat Kolam Segaran. Sekarang
lokasi ini sudah dipugar oleh pihak Kodam V Brawijaya menjadi bangunan
pendapa yang nyaman untuk dikunjungi. Dibelakang bangunan ini terdapat
batu miring, yang konon menjadi tempat Mahapatih Gajah Mada mengikrarkan
Sumpah Palapa. Selain itu juga terdapat kompleks makam dan petilasan
Raden Wijaya, pendiri kerajaan Majapahit yang ramai dikunjungi oleh
peziarah dan “konon” kalangan pejabat yang ingin terkabul maksudnya
terutama pada malam Jum’at.
10.Kolam Segaran
Adalah bangunan monumental berupa kolam besar dari batu bata, berbentuk
persegi panjang dengan ukuran 800 x 500 meter persegi. Kedalaman Kolam
Segaran sekitar 3 meter dengan tebal dinding 1,6 meter. Nama Segaran
berasal dari bahasa Jawa ‘segara’ yang berarti ‘laut’, mungkin
masyarakat setempat mengibaratkan kolam besar ini sebagai miniatur laut.
Diduga fungsi kolam ini adalah sebagai reservoir air bagi pemukiman
penduduk kerajaan Majapahit yang padat, atau sebagai tempat latihan
renang bagi prajurit kerajaan. Dugaan lain adalah sebagai tempat hiburan
menjamu tamu-tamu kerajaan, dimana mereka dijamu di tepi kolam dengan
perlengkapan makan dari emas dan perak, lalu sesuai acara perjamuan
peralatan nan mahal ini dilemparkan ke tengah-tengah kolam untuk
menunjukkan betapa makmurnya kerajaan Majapahit.
11.Situs Lantai Segi Enam
Situs berupa sisa-sisa bangunan rumah ini memiliki keunikan tersendiri
lantaran ditemukannya hamparan lantai kuno berupa paving blok berbentuk
segi enam dari bahan tanah liat bakar yang dibuat halus, berukuran 34 x
29 x 6.5 cm. Pada situs kita bisa melihat sisa lantai, sisa dinding dan
beberapa perabot dari bahan tembikar seperti gentong dan pot tanah liat.
Diduga dulu situs yang terletak 500 m selatan Pendopo Agung ini
merupakan bagian dari kompleks bangunan kerajaan, atau mungkin pula
bangunan milik bangsawan kerajaan Majapahit.
12.Alun-Alun Watu Umpak
Situs ini terletak hanya sekitar 100 meter dari situs candi Kedaton,
berupa kumpulan batu-batu umpak besar yang tersusun rapi. Diduga situs
ini adalah bekas bangunan kerajaan Majapahit yang berkaitan pula dengan
situs candi Kedaton.
13.Makam Putri Campa
Merupakan kompleks pemakaman Islam kuno di dekat Candi Menak Jinggo
dengan fokus berupa makam putri Campa, yang konon adalah selir atau
istri raja Majapahit periode akhir. Dari bentuk makam diperkirakan Putri
Campa yang wafat tahun 1448 M menganut agama Islam, dan konon berhasil
mengajak raja Majapahit terakhir untuk memeluk agama Islam. Seperti
diketahui bahwa Raden Patah, pendiri kerajaan Demak yang notabene
kerajaan Islam pertama di Jawa, adalah termasuk putra dari raja
Brawijaya, raja Majapahit pada periode akhir.
14.Makam Troloyo
Merupakan kompleks pemakaman Islam kuno, dimana kebanyakan batu nisan
disana berangka tahun 1350 dan 1478. Makam Troloyo membuktikan bahwa
komunitas muslim bukan hanya telah ada di pulau Jawa pada pertengahan
abad ke-14, tapi juga sebagai bukti bahwa agama Islam telah diakui dan
dianut oleh sebagian kecil penduduk ibu kota Majapahit
15. Siti Inggil
Siti Inggil atau yang artinya Tanah Tinggi atau mungkin dikonotasikan
dengan Tanah yang di-Agungkan terletak di dekat lokasi Candi Brahu.
Konon Siti Inggil dulunya berupa punden yang pernah menjadi tempat
pertapaan Raden Wijaya. Di lokasi ini terdapat situs berupa 2 buah makam
yaitu makam Sapu Angin dan Sapu Jagat yang dikeramatkan oleh penduduk
dan banyak dikunjungi oleh peziarah terutama saat malam Jumat.
Minggu, 26 Mei 2013
Peninggalan kerajaan majapahit
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar